"Bi, simpan pisau itu."
Kerut khawatir mulai muncul di dahi El. Gestur tangannya mengisyaratkan aku untuk tenang. Tapi aku tidak bisa tenang.
Bagaimana mungkin aku bisa tenang?
Aku mempererat pengangan tangan kananku yang sedang memegang pisau dapur ukuran besar sampai buku-buku jariku terasa kebas. Aku tahu benda ini benda berhaya, setidaknya dengan ukuran sebesar ini, jika aku bisa menusuk lurus ke arah perut, aku tahu pisau ini bisa tembus sampai ke organ dalam karena ukuran panjangnya.
Pisau ini berbahaya, dan karena itu El tetap menjaga jarak aman, sekitar 5 meter dariku. Saat ini, dia terlalu jauh dari jangkauan tanganku. Jika memang aku ingin melukai dia separah mungkin dengan pisau, aku tidak akan mungkin bisa menusuknya dari sini.
"Bi, pisau itu bisa ngelukain kamu. Turunin, Bi. Aku gak ingin kamu kenapa-napa" El mulai menunjukkan wajah sedih dan khawatir.
El selalu mengkhawatirkan aku. Dia makhluk pertama yang menyayangi aku. Dia makhluk pertama yang menjadi teman baikku. Dan dia satu-satunya orang yang bisa membuatku merasa tenang.
Tapi dia mengkhianatiku!